Jumat, 12 Januari 2018

Novel Sejarah "Hikayat Hang Tuah"

TUGAS NOVEL SEJARAH
NOVEL “HIKAYAT HANG TUAH”
B.INDONESIA






Hasil gambar untuk smkn 1 purwakarta





Disusun Oleh :

                           Nama   :  Denar Juliansyah
                           Kelas    :  XII TPM 1
           
                               










 Tahun Ajaran 2017/2018




Hikayat Hang Tuah
 Judul :
  Hikayat Hang Tuah  
            No. ISBN :
9786027689503
           Penulis :
   Muhammad Haji Salleh
   Penerbit :
   Phoenix 
   Tanggal terbit :
Desember - 2013
      Jumlah Halaman :
 400
Berat Buku :
              500 gr
Jenis Cover :
           Soft Cover
           Text Bahasa :
 Indonesia 

Hikayat Hang Tuah adalah cerita yang sangat terkenal mengenai dunia Melayu dan mungkin telah disalin ke dalam berbagai manuskrip sejak abad ke 17. Semua manuskrip ini disimpan di berbagai museum dan perpustakaan di Malaysia dan di luar negeri, serta beberapa telah diterbitkan sejak awal abad ke 20. Setiap karya sastra klasik menggambarkan nilai moral dari masyarakatnya dan menampilkan imajinasi serta nilai seni yang luar biasa dari beberapa abad lalu dengan gaya bahasa yang unik untuk melukiskan pengalaman para seniman sesuai dengan kondisi pembacanya. Sebagai hikayat dari karya sastra zaman dahulu, hikayat ini tidak hanya layak diceritakan, tetapi dapat juga digunakan sebagai sebuah perbandingan mengenai berbagai konflik, dilema dan situasi tragis yang dihadapi oleh manusia selama masa sulit.


Tentang Penulis

Prof. Dr. Muhammad Haji Salleh merupakan salah seorang penulis Malaysia yang telah dianugerahkan gelaran Sasterawan Negara 1991. Beliau juga telah memenangi Anugerah Penulis S.E.A. pada tahun 1997. Pada 2008, beliau dinobat sebagai Tokoh Akademik Negarta. 

Beliau pernah menjadi Presiden Persatuan Penterjemah Malaysia (1978-1982) dan banyak menterjemah puisi berbahasa Melayu ke bahasa Inggris. Beliau juga menjadi sidang editor jurnal Tenggara, anggota Lembaga Pengelola Dewan Bahasa dan Pustaka, dan anggota Panel Anugerah Sastera Negara.


Sinopsis
Pada suatu ketika ada seorang pemuda yang bernama Hang Tuah, anak Hang Mahmud. Mereka bertempat tinggal di Sungai Duyung. Pada saat itu, semua orang di Sungai Duyung mendengar kabar tentang Raja Bintan yang baik dan sopan kepada semua rakyatnya.Ketika Hang Mahmud mendengar kabar itu, Hang Mahmud berkata kepada istrinya yang bernama Dang Merdu,”Ayo kita pergi ke Bintan, negri yang besar itu,apalagi kita ini orang yang yang miskin. Lebih baik kita pergi ke Bintan agar lebih mudah mencari pekerjaan”.
Lalu pada malam harinya, Hang Mahmud bermimpi bulan turun dari langit.Cahayanya penuh di atas kepala Hang Tuah. Hang Mahmud pun terbangun dan mengangkat anaknya serta menciumnya. Seluruh tubuh Hang Tuah berbau sepertiwangi-wangian.
Siang harinya, Hang Mahmud pun menceritakan mimpinya kepada istri dan anaknya. Setelah mendengar kata suaminya, Dang Merdu pun langsung memandikan dan melulurkan anaknya.Setelah itu, ia memberikan anaknya itu kain,baju, dan ikat kepala serbaputih. Lalu Dang Merdu memberi makan Hang Tuah nasi kunyit dan telur ayam,ibunya juga memanggil para pemuka agama untuk mendoakan selamatan untuk Hang Tuah.
Setelah selesai dipeluknyalah anaknya itu.Lalu kata Hang Mahmud kepada istrinya,”Adapun anak kita ini kita jaga baik-baik, jangan diberi main jauh-jauh”. Keesokan harinya, seperti biasa Hang Tuah membelah kayu untukpersediaan. Lalu ada pemberontak yang datang ke tengah pasar, banyak orangyang mati dan luka-luka.
Orang-orang pemilik toko meninggalkan tokonya dan melarikan diri ke kampong. Gemparlah negri Bintan itu dan terjadi kekacauan dimana-mana. Ada seorang yang sedang melarikan diri berkata kepada Hang Tuah,”Hai, Hang Tuah, hendak matikah kau tidak mau masuk ke kampung.?”Maka kata Hang Tuah sambil membelah kayu,”Negri ini memiliki prajurit dan pegawai yang akan membunuh, ia pun akan mati olehnya”. Waktu ia sedang berbicara ibunya melihat bahwa pemberontak itu menuju Hang Tuah sambil menghunuskan kerisnya. Maka ibunya berteriak dari atas toko,katanya,”Hai, anakku, cepat lari ke atas toko!”.
Hang Tuah mendengarkan kata ibunya, iapun langsung bangkit berdiri dan memegang kapaknya menunggu amarah pemberontak itu. Pemberontak itu datang ke hadapan Hang Tuah lalu menikamnya bertubi-tubi. Maka Hang Tuah pun melompat dan mengelak dari tikaman orang itu. Hang Tuah lalu mengayunkan kapaknya ke kepala orang itu, lalu terbelalah kepala orang itu dan mati. Maka kata seorang anak yang menyaksikannya,”Dia akan menjadi perwira besar di tanah Melayu ini”. Terdengarlah berita itu oleh keempat kawannya, Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang Lekir, dan Hang Lekui.
Mereka pun langsung berlari-lari mendapatkan Hang Tuah. Hang Jebat dan Hang Kesturi bertanya kepadanya,”Apakah benar engkau membunuh pemberontakdengan kapak?”Hang Tuah pun tersenyum dan menjawab,”Pemberontak itu tidak pantasdibunuh dengan keris, melainkan dengan kapak untuk kayu”.
Kemudian karena kejadian itu, baginda raja sangat mensyukuri adanya sang Hang Tuah. Jika ia tidak datang ke istana, pasti ia akan dipanggil oleh Sang Raja.Maka Tumenggung pun berdiskusi dengan pegawai-pegawai lain yang juga iri hati kepada Hang Tuah. Setelah diskusi itu, datanglah mereka ke hadapan Sang Raja.Maka saat sang Baginda sedang duduk di tahtanya bersama para bawahannya, Tumenggung dan segala pegawai-pegawainya datang berlutut, lalu menyembah Sang Raja, “Hormat tuanku, saya mohon ampun dan berkat, ada banyak berita tentang penghianatan yang sampai kepada saya. Berita-berita itu sudah lama saya dengar dari para pegawai-pegawai saya”. Setelah Sang Baginda mendengar hal itu, maka Raja pun terkejut lalu bertanya, “Hai kalian semua, apa saja yang telah kalian ketahui?”Maka seluruh menteri-menteri itu menjawab, “Hormat tuanku, pegawai saya yang hina tidak berani datang, tetapi dia yang berkuasa itulah yang melakukan hal ini”. Maka Baginda bertitah, “Hai Tumenggung, katakan saja, kita akan membalasanya”. Maka Tumenggung menjawab, “Hormat tuanku, saya mohon ampun dan berkat,untuk datang saja hamba takut, karena yang melakukan hal itu, tuan sangat menyukainya. Baiklah kalau tuan percaya pada perkataan saya, karena jika tidak,alangkah buruknya nama baik hamba, seolah-olah menjelek-jelekkan orang itu”.Setelah Baginda mendengar kata-kata Tumenggung yang sedemikian itu,maka Baginda bertitah, “Siapakah orang itu, Sang Hang Tuah kah?”Maka Tumenggung menjawab, “Siapa lagi yang berani melakukannya selain Hang Tuah itu. Saat pegawai-pegawai hamba memberitahukan hal ini pada hamba,hamba sendiri juga tidak percaya, lalu hamba melihat Sang Tuah sedang berbicara dengan seorang perempuan di istana tuan ini. Perempuan tersebut bernama DangSetia. Hamba takut ia melakukan sesuatu pada perempuan itu, maka hamba dengan dikawal datang untuk mengawasi mereka”.
Setelah Baginda mendengar hal itu, murkalah ia, sampai mukanya berwarna merah padam. Lalu ia bertitah kepada para pegawai yang berhati jahat itu,“Pergilah, singkirkanlah si durhaka itu!”Maka Hang Tuah pun tidak pernah terdengar lagi di dalam negri itu, tetapi si Tuah tidak mati, karena si Tuah itu perwira besar, apalagi di menjadi wali Allah.
Kabarnya sekarang ini Hang Tuah berada di puncak dulu Sungai Perak, di sana ia duduk menjadi raja segala Batak dan orang hutan. Sekarang pun raja ingin bertemu  dengan seseorang, lalu ditanyainya orang itu dan ia berkata, “Tidakkah tuan ingin mempunyai istri?”Lalu jawabnya, “Saya tidak ingin mempunyai istri lagi.”

Unsur-Unsur Intrinsik
A.   Tokoh dan karakter
Tokoh
Karakter
Kalimat pernyataan
Hang Tuah              
ü      Berani
ü      Berbakti pada orangtua
o  “Maka diparangnya oleh Hang Tuah kepala orang itu”
o  “Apabila Hang Tuah mendengar kataibunya demikian itu,maka Hang Tuah pun berbangkit berdiri,…”
Raja / Baginda
ü      Emosional
o  “maka Rajapun terlalu murka,merah padam muka Baginda..”
Temenggung
ü      Suka iri hati
ü p   pembual
o  “Siapakah lagi yangberani,lain daripada Sang si Tuah itu..”
Dang Merdu
ü    Perhatian
ü    penyayang
o  “Hai anakku,segeralah naik keatas kedai dahulu.”
o  “..serta ditikamnya dada Hang Tuah,dipertubi-tubikannya.”
Hang Mahmud
ü    Perhatian
ü     penyayang
o  “…’Adapun anak inikita peliharakan baik-baik, jangan diberi main jauh- jauh.”
Hang Lengkir
ü    Baik
o  “Maka mereka pun segeralah berlari-lari datang mendapatkan Hang Tuah.”
Hang Jebat
ü      Baik
o  “Maka merekapun segeralah berlari-lari datang mendapatkan Hang Tuah.”
Hang Lekiu
ü B  Baik
o  “Maka merekapun segeralah berlari-lari datang mendapatkan Hang Tuah.”
Hang Kesturi
ü    Baik
o  “Maka merekapun segeralah berlari-lari datang mendapatkan Hang Tuah.”



B.   Tema
Ø  Keberanian seorang pemuda

C.   Latar
Ø  Tempat :
·         Sungai Duyung (rumah Hang Mahmud),
·         pasar,
·         kerajaan,
·         Sungai Perak,
·         Negeri Bintan
Ø  Waktu :
·         malam hari,
·         siang hari
Ø  Suasana:
1.      tegang
D.   Alur
Ø  Alur maju  (menceritakan kejadian secara beruntun)

E.   Sudut Pandang
Ø  Pola orang ketiga (serba tahu)

F.    Gaya Bahasa
Ø  Bahasa Melayu,
Ø  Majas personifikasi :
2.      bulan turun dari langit

G.  Pesan Moral
Ø  Kebenaran tidak akan kalah dari kejahatan.
Ø  Jangan suka memfitnah orang.
Ø  Jangan gegabah dalam mengambil keputusan


Unsur-Unsur Ekstrinsik
1.      Nilai Moral 
Ø  Kebenaran tidak akan kalah dari kejahatan.
Ø  Jangan suka memfitnah orang.
Ø  Jangan gegabah dalam mengambil keputusan  
Ø  Kita harus berjuang menjalani hidup dan tidak boleh terpengaruh oleh orang lain
              

2.      Nilai Religius
Ø  Jangan terlalu percaya pada mimpi
Ø  Selalu percaya akan kekuasaan Tuhan


3.         Nilai Budaya
Ø  Kita harus berbakti kepada orang tua agar perjuagan kita barokah

4.       Nilai Sosial
Ø  Kita harus mementingkan Negara dan rakyat diatas kepentingan kita sendiri

5.        Nilai Religius
Ø Percaya kepada Tuhan akan membuat hati lebih tenang dan barokah

6.        Nilai Pendidikan
Ø Kejujuran, sopan santun dan kerja keras akan bisa mengalahkan semua fitnah, iri, dan keburukan lainnya

STRUKTUR HIKAYAT HANG TUAH
1.    Masalah Struktur
Untuk menunjukkan ciri khas struktur dan penggunaan bahasanya, teks harus dipecah-belah, dirobak-rabik, ditarik berkeping-keping. Dalam mendekati dunia teks diperlukan beberapa abtraksi dari isinya agar dapat membicarakan karya sastra itu. Abtraksi itu antara lain dapat berupa parafrase, bahan, tema, motif.
Tema dalam studi ini menunjukkan dengan singkat inti atau unsur terpenting daripada sejumlah besar hal atau peristiwa yang merupakan bahan suatu karya sastra (Maatje, 1971:205). Motif adalah kesatuan struktural yang paling kecil dengan fungsi utama “menghubungkan” (unsur-unsur tertentu yang mendukung struktur cerita) (id. : 208-9). Parafrase adalah ringkasan cerita. salah satu aspek parafrase yang hendak diketengahkan di sini adalah hubungan fabula (cerita) dan suzet atau plot (alur). Fabula adalah keseluruhan motif dalam perhubungannya yang logis, kausal-temporal, sedang suzet adalah keseluruhan motif-motif yang sama itu, tetapi dalam urutan dan hubungan seperti yang dihubungkan dalam karya itu.
Dalam Hikayat Hang Tuah (HHT) urut-urutan motif atau peristiwa menurut waktu serta hubungan sebab dan akibat berjalan seiring, tidak ada peristiwa yang meraih kembali kepada waktu yang telah lampau dan tidak ada akibat yang mendahului sebab. Fabula dan alur dalam HHT bersamaan arah, tetapi menggunakan alat-alat untuk meningkatkan ketegangan bagi pembaca. Motif HHT disusun berselang-seling anatara motif yang satu dengan yang lain, yang menimbulkan efek naiknya ketegangan. Unsur struktur HHT yaitu penyebaran benih-benih sepanjang teks yang suatu saat tertentu berkembang menjadi motif penggerak cerita.

2.    Ringkasan Struktur
Tokoh utama dalam HHT adalah hamba, maka harus ada raja tempat hamba mengabdi kesetiaan dan kebaktiannya. Karena itu cerita dimulai dengan asal usul raja di Bukit Seguntang yang diturunkan oleh raja keinderaan. Dalam kelompok pegawai resmi istana Hang Tuah diangkat oleh raja sebagai biduanda yang segera mendapat kepercayaan dan kasih sayang sepenuhnya dari raja karena berani melindungi Bendahara. Jabatan Bendahara atau Mangkubumi dalam tradisi Tanah Melayu adalah wakil rakyat dan merupakan jabatan pegawai tertinggi istana.
Hang Tuah menumpas musuh dari Siantan dan Jemaja yang disuruh Patih Gajah. Ini merupakan persiapan untuk episode Majapahit yang penuh adu kekuatan. Dalam HHT peristiwa-peristiwa besar terbayang pada benih-benih yang disebarkan sebelumnya. Hubungan Hang Tuah yang terlalu karib menggerakkan cerita kepada rasa dengki para pegawai istana yang mengakibatkan fitnah beberapa kali.
Hubungan Melayu dengan Jawa telah disebutkan dalam nujum, bahwa seorang anak raja Bukit Seguntan akan menjadi raja Jawa. Bentan seisi pindah ke Malaka. Raja mengirim utusan ke Bukit Seguntang memberi tahu tentang berdirinya kota Malaka dan meminta seorang adiknya menjadi raja. Sang Jaya Nantaka diangkat raja muda. Dalam nujum disebutkan anak raja Bukit Seguntang aka nada yang jadi raja di Keling. Peristiwa ini merupakan pangkal perhubungan dengan kerajaan Keling.
Raja telah berkedudukan kuat. Ia hendak beristeri dan ini yang menyebabkan perhubungan  dengan negara-negara lain. Raja Malaka dua kali ke Majapahit, tetapi Seri Batara tidak pernah mengadakan kunjungan balasan ke Malaka. Hal ini berarti bahwa walaupun Malaka telah diakui sederajat, tetap dipandang belum sejajar benar dengan Majapahit.
Sepanjang episode yang paling besar dan dalam tiap perjalanan, selalu Hang Tuah sebagai Laksamana menunjukkan setia dan baktinya kepada tuannya. Tercapai kedaulatan Malaka di Nusantara.
Kalau motif panggal penggerak cerita ke Majapahit adalah penolakan pinangan di Inderaputera , maka penggerak episode Tun Teja dan Hang Jebat adalah motif dengki dan fitnah yang keduanya dipimpin oleh Patih Kerma Wijaya.
Episode Hang Jebat yang merupakan puncak HHT disisipkan antara dua subepisode puncak di Majapahit, yaitu raja Malaka menghadap Batara Majapahit, dan penyerahan kedaulatan Majapahit kepada Malaka. Episode Hang Jebat merupakan puncak kebaktian Hang Tuah kepada tuannya.
Sebelum penyerahan kedaulatan Majapahit kepada Malaka, Hang Tuah diutus ke Keling. Oleh raja Keling Hang Tuah terus diutus ke Cina. Hal ini aneh karena perjalanan dari Keling ke Cina melalui Malaka. Ini suatu bukti bahwa dalam cerita ruang lingkup fiksi mengatasi kenyataan geografi, yang penting adalah rekaan bahwa yang dapat mengirim utusan ke Cina hanya kerajaan besar seperti Keling. Antara Keling dan Malaka ada permusuhan yang tidak terang-terangan. Akan tetapi persaingan ini tidak sampai pada taraf seperti dengan Majapahit.
Setelah penobatan Raden Bahar di Majapahit dan Raden Bajau di Bukit Seguntang, secara  politik Malaka telah mencapai puncak kejayaan. Dalam peristiwa lima penobatan Hang Tuah memainkan peranan kesetiannya dan setelah makota raja lepas dalam perairan di Singapura serta keris Hang Tuah lenyap disambar buaya putih yang melambangkan runtuhnya Malaka oleh bangsa Portugis. Namun, Hang Tuah tidak mati, artinya Malaka tidak selamanya tenggelam, suatu ketika akan muncul kembali.
Dalam HHT hanya ada satu raja dan satu hamba setia dan bakti. Unsur struktur ini membuat bagian-bagian cerita lebih erat terjalin berkaitan, sehingga membuat penampilan tema pokoknya lebih jelas. Dalam tiap perkembangan peristiwa atau motif sekecil apapun selalu bergerak ke arah tema pokok.
TEMA POKOK
1.    Persoalan Istilah “Tema” dan “Motif”
Pada desertasi Hikayat Hang Tuah menggunakan peristilahan Anglo-Saxon: (a) tema pokok (dalam peristilahan Jerman Leitmotiv), (b) motif: penggerak atau pendorong cerita ke arah peristiwa atau perbuatan berikut; (c) fabula: keseluruhan motif dalam urutan kausal-temporal (bahan cerita), (d) plot: keseluruhan motif dalam hubungan sebab akibat (struktur cerita), (e) suzet: keseluruhan motif dalam penyajian yang artistik.
2.    Judul
Judul terdiri atas “Hikayat” dan “Hang Tuah”. “Hikayat” adalah sebuah cerita, sebuah karya sastra, sedangkan “Hang Tuah” merupakan tokoh yang menjadi tema pokok dan pusat seluruh cerita. Jadi, naskah “Hikayat Hang Tuah” sesuai judulnya menceritakan tentang Hang Tuah sebagai pahlawan Malaka dan hamba yang sangat setia kepada tuannya.
3.    Hang Tuah
“Inilah hikayat Hang Tuah yang amat setiawan pada tuannya, dan terlalu sangat berbuat kebaktian kepada tuannya.”
Kalimat tersebut merupakan tema pokok yang terdapat tiga unsur: (a) Hang Tuah – hamba, (b) setiawan – kebaktian, (c) tuannya. Setia dan bakti dalam tema pokok merupakan landasan segala perbuatan Hang Tuah terhadap tuannya.
Gelar Laksamana yang diberikan kepada Hang Tuah pada hakikatnya melipatgandakan sifat bertuah serta sifat-sifat mulia lainnya. Laksamana artinya yang bertuah. Ada tiga tingkatan dalam perjuangan pribadi Hang Tuah: (a) pejuang menundukkan lawan besar: Patih Gajah Mada, (b) teman yang membunuh kawan karib yang durhaka: bakti – durhaka, (c) tergoda cinta memboyong Tun Teja untuk tuannya: setia – fitnah.
Dalam bidang politik: (a) Hang Tuah mewujudkan kejayaan Malaka dengan menundukkan Majapahit, (b) Hang Tuah memamerkan kekuasaan kerajaan Malaka pada dunia: Keling – Cina –Rum.

Sumber
http://www.bukukita.com/Buku-Novel/Sastra/121184-Hikayat-Hang-Tuah-:-Petualangan-Pahlawan-Nusantara-yang-diceritakan-secara-Sastrawi-Nan-Heroik.html
firdauszy15.blogspot.com/2013/02/tugas-bindonesia-hang-tuah_20.html
luthfiyatul.blogspot.com/2014/10/sinopsis-unsur-intrinsik-dan-ekstrinsik.html
http://www.academia.edu/17002105/Review_Hikayat_Hang_Tuah_Analisa_Struktur_dan_Fungsi_oleh_Sulastin_Sutrisno_dan_Hikayat_Sri_Rama_Suntingan_Naskah_Disertai_Telaah_Amanat_dan_Struktur_oleh_Achadiati_Ikram





Tidak ada komentar:

Posting Komentar