TUGAS NOVEL SEJARAH
NOVEL “HIKAYAT HANG TUAH”
B.INDONESIA
Disusun Oleh :
Nama
: Denar Juliansyah
Kelas :
XII TPM 1
Tahun Ajaran
2017/2018
Hikayat Hang Tuah
No.
ISBN :
9786027689503
Penulis :
Muhammad Haji Salleh
Penerbit :
Tanggal terbit :
Desember - 2013
Jumlah
Halaman :
400
Berat Buku :
500 gr
Jenis Cover :
Soft Cover
Text Bahasa :
Indonesia
Hikayat
Hang Tuah adalah cerita yang sangat terkenal mengenai dunia Melayu dan mungkin
telah disalin ke dalam berbagai manuskrip sejak abad ke 17. Semua manuskrip ini
disimpan di berbagai museum dan perpustakaan di Malaysia dan di luar negeri,
serta beberapa telah diterbitkan sejak awal abad ke 20. Setiap karya sastra
klasik menggambarkan nilai moral dari masyarakatnya dan menampilkan imajinasi
serta nilai seni yang luar biasa dari beberapa abad lalu dengan gaya bahasa
yang unik untuk melukiskan pengalaman para seniman sesuai dengan kondisi
pembacanya. Sebagai hikayat dari karya sastra zaman dahulu, hikayat ini tidak
hanya layak diceritakan, tetapi dapat juga digunakan sebagai sebuah
perbandingan mengenai berbagai konflik, dilema dan situasi tragis yang dihadapi
oleh manusia selama masa sulit.
Tentang Penulis
Prof. Dr. Muhammad Haji Salleh merupakan salah seorang penulis Malaysia yang telah dianugerahkan gelaran Sasterawan Negara 1991. Beliau juga telah memenangi Anugerah Penulis S.E.A. pada tahun 1997. Pada 2008, beliau dinobat sebagai Tokoh Akademik Negarta.
Beliau pernah menjadi Presiden Persatuan Penterjemah Malaysia (1978-1982) dan banyak menterjemah puisi berbahasa Melayu ke bahasa Inggris. Beliau juga menjadi sidang editor jurnal Tenggara, anggota Lembaga Pengelola Dewan Bahasa dan Pustaka, dan anggota Panel Anugerah Sastera Negara.
Tentang Penulis
Prof. Dr. Muhammad Haji Salleh merupakan salah seorang penulis Malaysia yang telah dianugerahkan gelaran Sasterawan Negara 1991. Beliau juga telah memenangi Anugerah Penulis S.E.A. pada tahun 1997. Pada 2008, beliau dinobat sebagai Tokoh Akademik Negarta.
Beliau pernah menjadi Presiden Persatuan Penterjemah Malaysia (1978-1982) dan banyak menterjemah puisi berbahasa Melayu ke bahasa Inggris. Beliau juga menjadi sidang editor jurnal Tenggara, anggota Lembaga Pengelola Dewan Bahasa dan Pustaka, dan anggota Panel Anugerah Sastera Negara.
Sinopsis
Pada suatu ketika ada
seorang pemuda yang bernama Hang Tuah, anak Hang Mahmud. Mereka bertempat
tinggal di Sungai Duyung. Pada saat itu, semua orang di Sungai Duyung mendengar
kabar tentang Raja Bintan yang baik dan sopan kepada semua rakyatnya.Ketika
Hang Mahmud mendengar kabar itu, Hang Mahmud berkata kepada istrinya yang
bernama Dang Merdu,”Ayo kita pergi ke Bintan, negri yang besar itu,apalagi kita
ini orang yang yang miskin. Lebih baik kita pergi ke Bintan agar lebih mudah
mencari pekerjaan”.
Lalu pada malam
harinya, Hang Mahmud bermimpi bulan turun dari langit.Cahayanya penuh di atas
kepala Hang Tuah. Hang Mahmud pun terbangun dan mengangkat anaknya serta
menciumnya. Seluruh tubuh Hang Tuah berbau sepertiwangi-wangian.
Siang harinya, Hang
Mahmud pun menceritakan mimpinya kepada istri dan anaknya. Setelah mendengar
kata suaminya, Dang Merdu pun langsung memandikan dan melulurkan
anaknya.Setelah itu, ia memberikan anaknya itu kain,baju, dan ikat kepala
serbaputih. Lalu Dang Merdu memberi makan Hang Tuah nasi kunyit dan telur ayam,ibunya
juga memanggil para pemuka agama untuk mendoakan selamatan untuk Hang Tuah.
Setelah selesai
dipeluknyalah anaknya itu.Lalu kata Hang Mahmud kepada istrinya,”Adapun anak
kita ini kita jaga baik-baik, jangan diberi main jauh-jauh”. Keesokan harinya,
seperti biasa Hang Tuah membelah kayu untukpersediaan. Lalu ada pemberontak
yang datang ke tengah pasar, banyak orangyang mati dan luka-luka.
Orang-orang pemilik
toko meninggalkan tokonya dan melarikan diri ke kampong. Gemparlah negri Bintan
itu dan terjadi kekacauan dimana-mana. Ada seorang yang sedang melarikan diri
berkata kepada Hang Tuah,”Hai, Hang Tuah, hendak matikah kau tidak mau masuk ke
kampung.?”Maka kata Hang Tuah sambil membelah kayu,”Negri ini memiliki prajurit
dan pegawai yang akan membunuh, ia pun akan mati olehnya”. Waktu ia sedang
berbicara ibunya melihat bahwa pemberontak itu menuju Hang Tuah sambil
menghunuskan kerisnya. Maka ibunya berteriak dari atas toko,katanya,”Hai,
anakku, cepat lari ke atas toko!”.
Hang Tuah mendengarkan
kata ibunya, iapun langsung bangkit berdiri dan memegang kapaknya menunggu
amarah pemberontak itu. Pemberontak itu datang ke hadapan Hang Tuah lalu
menikamnya bertubi-tubi. Maka Hang Tuah pun melompat dan mengelak dari tikaman
orang itu. Hang Tuah lalu mengayunkan kapaknya ke kepala orang itu, lalu
terbelalah kepala orang itu dan mati. Maka kata seorang anak yang
menyaksikannya,”Dia akan menjadi perwira besar di tanah Melayu ini”.
Terdengarlah berita itu oleh keempat kawannya, Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang
Lekir, dan Hang Lekui.
Mereka pun langsung
berlari-lari mendapatkan Hang Tuah. Hang Jebat dan Hang Kesturi bertanya
kepadanya,”Apakah benar engkau membunuh pemberontakdengan kapak?”Hang Tuah pun
tersenyum dan menjawab,”Pemberontak itu tidak pantasdibunuh dengan keris,
melainkan dengan kapak untuk kayu”.
Kemudian karena
kejadian itu, baginda raja sangat mensyukuri adanya sang Hang Tuah. Jika ia
tidak datang ke istana, pasti ia akan dipanggil oleh Sang Raja.Maka Tumenggung
pun berdiskusi dengan pegawai-pegawai lain yang juga iri hati kepada Hang Tuah.
Setelah diskusi itu, datanglah mereka ke hadapan Sang Raja.Maka saat sang
Baginda sedang duduk di tahtanya bersama para bawahannya, Tumenggung dan segala
pegawai-pegawainya datang berlutut, lalu menyembah Sang Raja, “Hormat tuanku,
saya mohon ampun dan berkat, ada banyak berita tentang penghianatan yang sampai
kepada saya. Berita-berita itu sudah lama saya dengar dari para pegawai-pegawai
saya”. Setelah Sang Baginda mendengar hal itu, maka Raja pun terkejut lalu bertanya,
“Hai kalian semua, apa saja yang telah kalian ketahui?”Maka seluruh
menteri-menteri itu menjawab, “Hormat tuanku, pegawai saya yang hina tidak
berani datang, tetapi dia yang berkuasa itulah yang melakukan hal ini”. Maka
Baginda bertitah, “Hai Tumenggung, katakan saja, kita akan membalasanya”. Maka
Tumenggung menjawab, “Hormat tuanku, saya mohon ampun dan berkat,untuk datang
saja hamba takut, karena yang melakukan hal itu, tuan sangat menyukainya.
Baiklah kalau tuan percaya pada perkataan saya, karena jika tidak,alangkah
buruknya nama baik hamba, seolah-olah menjelek-jelekkan orang itu”.Setelah
Baginda mendengar kata-kata Tumenggung yang sedemikian itu,maka Baginda
bertitah, “Siapakah orang itu, Sang Hang Tuah kah?”Maka Tumenggung menjawab,
“Siapa lagi yang berani melakukannya selain Hang Tuah itu. Saat pegawai-pegawai
hamba memberitahukan hal ini pada hamba,hamba sendiri juga tidak percaya, lalu
hamba melihat Sang Tuah sedang berbicara dengan seorang perempuan di istana
tuan ini. Perempuan tersebut bernama DangSetia. Hamba takut ia melakukan
sesuatu pada perempuan itu, maka hamba dengan dikawal datang untuk mengawasi
mereka”.
Setelah Baginda
mendengar hal itu, murkalah ia, sampai mukanya berwarna merah padam. Lalu ia
bertitah kepada para pegawai yang berhati jahat itu,“Pergilah, singkirkanlah si
durhaka itu!”Maka Hang Tuah pun tidak pernah terdengar lagi di dalam negri itu,
tetapi si Tuah tidak mati, karena si Tuah itu perwira besar, apalagi di menjadi
wali Allah.
Kabarnya sekarang ini
Hang Tuah berada di puncak dulu Sungai Perak, di sana ia duduk menjadi raja
segala Batak dan orang hutan. Sekarang pun raja ingin bertemu dengan
seseorang, lalu ditanyainya orang itu dan ia berkata, “Tidakkah tuan ingin mempunyai
istri?”Lalu jawabnya, “Saya tidak ingin mempunyai istri lagi.”
Unsur-Unsur Intrinsik
A. Tokoh dan karakter
Tokoh
|
Karakter
|
Kalimat pernyataan
|
Hang Tuah
|
ü Berani
ü Berbakti pada orangtua
|
o “Maka diparangnya oleh Hang Tuah kepala orang itu”
o “Apabila Hang Tuah mendengar kataibunya demikian itu,maka Hang
Tuah pun berbangkit berdiri,…”
|
Raja / Baginda
|
ü Emosional
|
o “maka Rajapun terlalu murka,merah padam muka Baginda..”
|
Temenggung
|
ü Suka iri hati
ü p pembual
|
o “Siapakah lagi yangberani,lain daripada Sang si Tuah itu..”
|
Dang Merdu
|
ü
Perhatian
ü
penyayang
|
o “Hai anakku,segeralah naik keatas kedai dahulu.”
o “..serta ditikamnya dada Hang Tuah,dipertubi-tubikannya.”
|
Hang Mahmud
|
ü
Perhatian
ü penyayang
|
o “…’Adapun anak inikita peliharakan baik-baik, jangan diberi
main jauh- jauh.”
|
Hang Lengkir
|
ü Baik
|
o “Maka mereka pun segeralah berlari-lari datang mendapatkan Hang
Tuah.”
|
Hang Jebat
|
ü Baik
|
o “Maka merekapun segeralah berlari-lari datang mendapatkan Hang
Tuah.”
|
Hang Lekiu
|
ü B Baik
|
o “Maka merekapun segeralah berlari-lari datang mendapatkan Hang
Tuah.”
|
Hang Kesturi
|
ü Baik
|
o “Maka merekapun segeralah berlari-lari datang mendapatkan Hang
Tuah.”
|
B. Tema
Ø Keberanian seorang pemuda
C. Latar
Ø Tempat :
· Sungai Duyung (rumah Hang Mahmud),
· pasar,
· kerajaan,
· Sungai Perak,
· Negeri Bintan
Ø Waktu :
· malam hari,
· siang hari
Ø Suasana:
1. tegang
D. Alur
Ø Alur maju (menceritakan kejadian secara beruntun)
E. Sudut Pandang
Ø Pola orang ketiga (serba tahu)
F. Gaya Bahasa
Ø Bahasa Melayu,
Ø Majas personifikasi :
2. bulan turun dari langit
G. Pesan Moral
Ø Kebenaran tidak akan kalah dari kejahatan.
Ø Jangan suka memfitnah orang.
Ø Jangan gegabah dalam mengambil keputusan
Unsur-Unsur Ekstrinsik
1. Nilai Moral
Ø Kebenaran tidak akan
kalah dari kejahatan.
Ø Jangan suka memfitnah
orang.
Ø Jangan gegabah dalam
mengambil keputusan
Ø Kita
harus berjuang menjalani hidup dan tidak boleh terpengaruh oleh orang lain
2. Nilai Religius
Ø Jangan terlalu percaya
pada mimpi
3. Nilai
Budaya
Ø Kita
harus berbakti
kepada orang tua agar perjuagan kita barokah
4. Nilai
Sosial
Ø Kita
harus mementingkan Negara dan rakyat diatas kepentingan kita sendiri
5. Nilai
Religius
Ø Percaya
kepada Tuhan akan membuat hati lebih tenang dan barokah
6. Nilai
Pendidikan
Ø Kejujuran,
sopan santun dan kerja keras akan bisa mengalahkan semua fitnah, iri, dan
keburukan lainnya
STRUKTUR HIKAYAT HANG TUAH
1.
Masalah Struktur
Untuk menunjukkan ciri khas struktur dan
penggunaan bahasanya, teks harus dipecah-belah, dirobak-rabik, ditarik
berkeping-keping. Dalam mendekati dunia teks diperlukan beberapa abtraksi dari
isinya agar dapat membicarakan karya sastra itu. Abtraksi itu antara lain dapat
berupa parafrase, bahan, tema, motif.
Tema dalam studi ini menunjukkan dengan
singkat inti atau unsur terpenting daripada sejumlah besar hal atau peristiwa
yang merupakan bahan suatu karya sastra (Maatje, 1971:205). Motif adalah
kesatuan struktural yang paling kecil dengan fungsi utama “menghubungkan”
(unsur-unsur tertentu yang mendukung struktur cerita) (id. : 208-9). Parafrase
adalah ringkasan cerita. salah satu aspek parafrase yang hendak diketengahkan
di sini adalah hubungan fabula (cerita) dan suzet atau plot (alur). Fabula
adalah keseluruhan motif dalam perhubungannya yang logis, kausal-temporal,
sedang suzet adalah keseluruhan motif-motif yang sama itu, tetapi dalam urutan
dan hubungan seperti yang dihubungkan dalam karya itu.
Dalam Hikayat Hang Tuah (HHT) urut-urutan
motif atau peristiwa menurut waktu serta hubungan sebab dan akibat berjalan
seiring, tidak ada peristiwa yang meraih kembali kepada waktu yang telah lampau
dan tidak ada akibat yang mendahului sebab. Fabula dan alur dalam HHT bersamaan
arah, tetapi menggunakan alat-alat untuk meningkatkan ketegangan bagi pembaca.
Motif HHT disusun berselang-seling anatara motif yang satu dengan yang lain,
yang menimbulkan efek naiknya ketegangan. Unsur struktur HHT yaitu penyebaran
benih-benih sepanjang teks yang suatu saat tertentu berkembang menjadi motif
penggerak cerita.
2.
Ringkasan Struktur
Tokoh utama dalam HHT adalah hamba, maka
harus ada raja tempat hamba mengabdi kesetiaan dan kebaktiannya. Karena itu
cerita dimulai dengan asal usul raja di Bukit Seguntang yang diturunkan oleh
raja keinderaan. Dalam kelompok pegawai resmi istana Hang Tuah diangkat oleh
raja sebagai biduanda yang segera mendapat kepercayaan dan kasih sayang
sepenuhnya dari raja karena berani melindungi Bendahara. Jabatan Bendahara atau
Mangkubumi dalam tradisi Tanah Melayu adalah wakil rakyat dan merupakan jabatan
pegawai tertinggi istana.
Hang Tuah menumpas musuh dari Siantan dan
Jemaja yang disuruh Patih Gajah. Ini merupakan persiapan untuk episode
Majapahit yang penuh adu kekuatan. Dalam HHT peristiwa-peristiwa besar
terbayang pada benih-benih yang disebarkan sebelumnya. Hubungan Hang Tuah yang
terlalu karib menggerakkan cerita kepada rasa dengki para pegawai istana yang
mengakibatkan fitnah beberapa kali.
Hubungan
Melayu dengan Jawa telah disebutkan dalam nujum, bahwa seorang anak raja Bukit
Seguntan akan menjadi raja Jawa. Bentan seisi pindah ke Malaka. Raja mengirim
utusan ke Bukit Seguntang memberi tahu tentang berdirinya kota Malaka dan
meminta seorang adiknya menjadi raja. Sang Jaya Nantaka diangkat raja muda.
Dalam nujum disebutkan anak raja Bukit Seguntang aka nada yang jadi raja di
Keling. Peristiwa ini merupakan pangkal perhubungan dengan kerajaan Keling.
Raja
telah berkedudukan kuat. Ia hendak beristeri dan ini yang menyebabkan
perhubungan dengan negara-negara lain.
Raja Malaka dua kali ke Majapahit, tetapi Seri Batara tidak pernah mengadakan
kunjungan balasan ke Malaka. Hal ini berarti bahwa walaupun Malaka telah diakui
sederajat, tetap dipandang belum sejajar benar dengan Majapahit.
Sepanjang
episode yang paling besar dan dalam tiap perjalanan, selalu Hang Tuah sebagai
Laksamana menunjukkan setia dan baktinya kepada tuannya. Tercapai kedaulatan
Malaka di Nusantara.
Kalau
motif panggal penggerak cerita ke Majapahit adalah penolakan pinangan di
Inderaputera , maka penggerak episode Tun Teja dan Hang Jebat adalah motif
dengki dan fitnah yang keduanya dipimpin oleh Patih Kerma Wijaya.
Episode
Hang Jebat yang merupakan puncak HHT disisipkan antara dua subepisode puncak di
Majapahit, yaitu raja Malaka menghadap Batara Majapahit, dan penyerahan
kedaulatan Majapahit kepada Malaka. Episode Hang Jebat merupakan puncak kebaktian
Hang Tuah kepada tuannya.
Sebelum
penyerahan kedaulatan Majapahit kepada Malaka, Hang Tuah diutus ke Keling. Oleh
raja Keling Hang Tuah terus diutus ke Cina. Hal ini aneh karena perjalanan dari
Keling ke Cina melalui Malaka. Ini suatu bukti bahwa dalam cerita ruang lingkup
fiksi mengatasi kenyataan geografi, yang penting adalah rekaan bahwa yang dapat
mengirim utusan ke Cina hanya kerajaan besar seperti Keling. Antara Keling dan
Malaka ada permusuhan yang tidak terang-terangan. Akan tetapi persaingan ini
tidak sampai pada taraf seperti dengan Majapahit.
Setelah penobatan
Raden Bahar di Majapahit dan Raden Bajau di Bukit Seguntang, secara politik Malaka telah mencapai puncak
kejayaan. Dalam peristiwa lima penobatan Hang Tuah memainkan peranan kesetiannya
dan setelah makota raja lepas dalam perairan di Singapura serta keris Hang Tuah
lenyap disambar buaya putih yang melambangkan runtuhnya Malaka oleh bangsa
Portugis. Namun, Hang Tuah tidak mati, artinya Malaka tidak selamanya
tenggelam, suatu ketika akan muncul kembali.
Dalam HHT hanya ada satu raja dan satu
hamba setia dan bakti. Unsur struktur ini membuat bagian-bagian cerita lebih
erat terjalin berkaitan, sehingga membuat penampilan tema pokoknya lebih jelas.
Dalam tiap perkembangan peristiwa atau motif sekecil apapun selalu bergerak ke
arah tema pokok.
TEMA POKOK
1.
Persoalan Istilah
“Tema” dan “Motif”
Pada desertasi Hikayat Hang Tuah
menggunakan peristilahan Anglo-Saxon: (a) tema pokok (dalam peristilahan Jerman
Leitmotiv), (b) motif: penggerak atau pendorong cerita ke arah peristiwa atau
perbuatan berikut; (c) fabula: keseluruhan motif dalam urutan kausal-temporal
(bahan cerita), (d) plot: keseluruhan motif dalam hubungan sebab akibat
(struktur cerita), (e) suzet: keseluruhan motif dalam penyajian yang artistik.
2.
Judul
Judul terdiri atas “Hikayat” dan “Hang
Tuah”. “Hikayat” adalah sebuah cerita, sebuah karya sastra, sedangkan “Hang
Tuah” merupakan tokoh yang menjadi tema pokok dan pusat seluruh cerita. Jadi,
naskah “Hikayat Hang Tuah” sesuai judulnya menceritakan tentang Hang Tuah
sebagai pahlawan Malaka dan hamba yang sangat setia kepada tuannya.
3.
Hang Tuah
“Inilah hikayat Hang
Tuah yang amat setiawan pada tuannya, dan terlalu sangat berbuat kebaktian
kepada tuannya.”
Kalimat tersebut merupakan tema pokok
yang terdapat tiga unsur: (a) Hang Tuah – hamba, (b) setiawan – kebaktian, (c)
tuannya. Setia dan bakti dalam tema pokok merupakan
landasan segala perbuatan Hang Tuah terhadap tuannya.
Gelar Laksamana yang diberikan kepada
Hang Tuah pada hakikatnya melipatgandakan sifat bertuah serta sifat-sifat mulia
lainnya. Laksamana artinya yang bertuah.
Ada tiga tingkatan dalam perjuangan pribadi Hang Tuah: (a) pejuang menundukkan
lawan besar: Patih Gajah Mada, (b) teman yang membunuh kawan karib yang
durhaka: bakti – durhaka, (c) tergoda cinta memboyong Tun Teja untuk tuannya:
setia – fitnah.
Dalam bidang politik: (a) Hang Tuah
mewujudkan kejayaan Malaka dengan menundukkan Majapahit, (b) Hang Tuah
memamerkan kekuasaan kerajaan Malaka pada dunia: Keling – Cina –Rum.
Sumber
http://www.bukukita.com/Buku-Novel/Sastra/121184-Hikayat-Hang-Tuah-:-Petualangan-Pahlawan-Nusantara-yang-diceritakan-secara-Sastrawi-Nan-Heroik.html
firdauszy15.blogspot.com/2013/02/tugas-bindonesia-hang-tuah_20.html
luthfiyatul.blogspot.com/2014/10/sinopsis-unsur-intrinsik-dan-ekstrinsik.html
http://www.academia.edu/17002105/Review_Hikayat_Hang_Tuah_Analisa_Struktur_dan_Fungsi_oleh_Sulastin_Sutrisno_dan_Hikayat_Sri_Rama_Suntingan_Naskah_Disertai_Telaah_Amanat_dan_Struktur_oleh_Achadiati_Ikram
Tidak ada komentar:
Posting Komentar